Musik folk sering dianggap dekat dengan musik pop, padahal sebenarnya keduanya sangat berbeda. Sementara pop cenderung mengikuti tren dan selera pasar, folk adalah musik tradisional yang lebih mengutamakan ekspresi perasaan, cerita, dan kearifan lokal suatu masyarakat. Musik folk sejatinya menggunakan instrumen-instrumen akustik yang mampu menghasilkan suara alami tanpa tambahan efek elektronik. Misalnya, gitar akustik, biola, banjo, atau mandolin, yang semuanya memancarkan kesederhanaan dan kehangatan bunyi yang khas.
Menelusuri asal-usul musik folk memang tidak mudah. Musik ini berkembang di berbagai tempat di dunia tanpa ada catatan pasti tentang kapan pertama kali muncul. Namun, sebagian besar sejarawan sepakat bahwa musik folk sudah ada sejak pertengahan abad ke-19, bahkan mungkin jauh sebelum itu. Musik ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pedesaan sebagai hiburan sederhana di sela-sela pekerjaan sehari-hari. Oleh karena itu, musik folk tidak terikat oleh aturan yang kaku, melainkan murni sebagai ekspresi spontan dari emosi pemainnya.
Thomas William Thoms, seorang berkebangsaan Inggris, tercatat sebagai orang pertama yang menggunakan istilah “folk” pada tahun 1846. Ia menggambarkan tradisi rakyat lokal yang berisi lagu, tarian, dan cerita rakyat sebagai “folk song” atau “folk music.” Namun, istilah ini baru benar-benar populer di kalangan musik dunia pada tahun 1960-an, ketika musisi Amerika mulai mengeksplorasi genre ini sebagai bentuk budaya yang penuh makna dan perlawanan.
Di Amerika, genre musik folk menemukan momentum penting pada tahun 1960-an, ketika gerakan sosial dan budaya sedang marak, termasuk gerakan hak sipil dan protes anti-perang. Musik folk menjadi medium bagi seniman untuk menyampaikan pesan perdamaian dan keadilan sosial. Nama besar seperti Bob Dylan, Pete Seeger, dan Joan Baez tidak hanya memopulerkan musik folk tetapi juga menyematkan nilai-nilai perjuangan dalam lirik-lirik mereka. Pada tahun 1987, Bob Dylan bahkan memenangkan Grammy untuk kategori Best Contemporary Folk Recording, yang semakin mengukuhkan genre ini di industri musik Amerika.
Salah satu aspek unik dari musik folk adalah kemampuannya untuk mencerminkan identitas sosial dan budaya masyarakat. Charles Seeger, seorang ahli etnomusikologi, pernah berpendapat bahwa musik folk adalah musik rakyat, yang awalnya berkembang di kalangan pekerja dan petani, atau masyarakat kelas rendah. Namun, seiring berjalannya waktu, musik folk melintasi batas-batas sosial dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, baik kaya maupun miskin, baik tua maupun muda. Folk menjadi cerminan kisah hidup dan pengalaman manusia yang universal, sehingga semua orang merasa dekat dengan genre ini.
Setelah Perang Dunia II, musik folk berevolusi dan berbaur dengan elemen musik modern, melahirkan subgenre baru bernama “folk rock.” Genre ini memadukan ciri khas folk dengan alat musik rock seperti gitar elektrik dan drum. The Byrds dan Bob Dylan adalah beberapa musisi yang terkenal dengan gaya folk rock pada era 1960-an, yang membuat musik folk menjadi lebih dinamis dan dekat dengan generasi muda. Di Inggris, folk rock juga tumbuh subur, terutama dengan munculnya band-band seperti The Beatles, Pentangle, dan Fairport Convention yang menggabungkan elemen folk lokal dengan gaya rock modern.
Di Amerika, genre ini juga menemukan relevansi baru dengan gerakan budaya kaum hippie yang terkenal dengan pesan cinta, perdamaian, dan kebebasan. Kota New York menjadi pusat pergerakan ini, dan dari sana, folk rock menyebar ke seluruh penjuru Amerika, kemudian menjangkau Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Di sinilah musik folk semakin dikenal sebagai genre yang tidak hanya menghibur tetapi juga sarat makna dan pesan sosial.
Perkembangan musik folk di Indonesia sendiri baru benar-benar terasa sekitar tahun 2010-an, dengan munculnya band-band seperti Payung Teduh, Float, dan Banda Neira yang mengusung konsep musik folk dengan sentuhan lokal. Namun, kemunculan musik folk yang begitu pesat juga memunculkan fenomena “budaya latah” atau ikut-ikutan, di mana banyak musisi mencoba genre ini demi mengikuti tren.
Padahal, musik folk Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk merepresentasikan kearifan lokal dan warisan budaya nusantara yang beragam. Ada Gordon Tobing, Iwan Fals, hingga Ebiet G. Ade, yang pernah membawakan lagu-lagu yang mengandung unsur folk dengan nuansa Indonesia. Misalnya, musik folk tradisional yang menggunakan alat musik seperti gamelan, rebab, dan angklung seharusnya bisa lebih dieksplorasi oleh musisi modern, agar genre ini bisa menjadi lebih autentik dan berwarna.
Musik folk bukan sekadar genre musik; ia adalah warisan budaya yang menggambarkan perjalanan sejarah dan perjuangan masyarakat. Dari petani hingga pekerja tambang, dari Amerika hingga Indonesia, musik folk mencatat kehidupan orang-orang yang suaranya sering kali tidak terdengar dalam sejarah besar. Itulah mengapa folk begitu istimewa: ia memberikan ruang bagi suara-suara kecil yang berharga dan sarat makna.
Selain itu, musik folk mengajarkan kita tentang pentingnya keberagaman. Setiap daerah memiliki corak musik folk yang berbeda-beda, dari gaya pelafalan hingga pilihan instrumen yang digunakan. Di Irlandia, kita menemukan Irish folk yang khas dengan biola dan tin whistle, sementara di Indonesia, musik folk bisa menggunakan alat musik seperti suling atau sasando dari Nusa Tenggara Timur. Musik folk tidak hanya berbicara tentang hiburan, tetapi juga tentang bagaimana musik bisa menjadi penghubung antarbudaya.
Tantangan terbesar bagi musik folk di Indonesia adalah bagaimana tetap mempertahankan esensinya sebagai musik rakyat sambil terus berinovasi. Jika dilihat dari potensi yang ada, musik folk Indonesia sebenarnya memiliki ruang untuk tumbuh menjadi lebih kaya dan beragam. Namun, untuk mencapai hal tersebut, musisi perlu lebih berani mengeksplorasi budaya lokal dan menciptakan warna baru dalam musik folk yang tetap autentik dan menarik.
Misalnya, menggabungkan unsur folk dengan elemen keroncong atau dangdut, atau menggunakan bahasa daerah dalam lirik lagu. Di era modern ini, musik folk bisa menjadi lebih segar dan relevan jika ia mampu mewakili suara masyarakat modern sambil tetap setia pada akar budaya. Siapa tahu, di masa depan kita akan mendengar subgenre folk yang unik, seperti folk keroncong atau punk folk Indonesia.
Musik folk adalah warisan yang sudah ada sejak lama dan akan terus hidup selama ada masyarakat yang ingin mengekspresikan diri dan menceritakan kisah mereka melalui musik. Dari nyanyian sederhana para petani hingga panggung megah festival musik internasional, musik folk selalu mencerminkan jiwa rakyat yang penuh kejujuran dan kebebasan.
Jadi, lain kali saat mendengarkan lagu folk, coba bayangkan bagaimana musik ini menjadi medium untuk menyampaikan kisah-kisah yang mungkin tidak tercatat dalam sejarah resmi, tetapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Musik folk adalah pengingat bahwa musik selalu punya kekuatan untuk menghubungkan orang-orang di seluruh dunia melalui kesederhanaan dan keindahan yang abadi.