Sejarah Tangga Nada Mayor: Dari Zaman Klasik hingga Modern

Kalau kita mendengar lagu yang menurut kita keren, biasanya kita akan membahasnya dengan teman-teman. Nah, obrolan tentang lagu itu sering nggak lepas dari yang namanya tangga nada mayor.

Pernah dengar istilah tangga nada mayor? Tahu nggak, apa sih sebenarnya tangga nada mayor itu?

Apa Itu Nada Mayor?

Tangga nada mayor adalah serangkaian nada yang disusun berdasarkan interval tertentu yang menciptakan nuansa atau “rasa” ceria, optimis, dan penuh energi. Dalam notasi musik, tangga nada mayor biasanya terdiri dari tujuh nada, dan dalam skala paling umum (C Mayor), nada-nadanya adalah C-D-E-F-G-A-B, lalu kembali lagi ke C di oktaf berikutnya. Pola interval antara nada-nada ini adalah 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½, yang berarti antara C ke D ada jarak satu nada penuh, antara D ke E satu nada penuh, dan antara E ke F setengah nada, dan seterusnya.

Tangga nada mayor sering digunakan dalam berbagai jenis musik, mulai dari lagu pop, klasik, jazz, hingga musik tradisional. Dalam sebuah komposisi, tangga nada mayor biasanya memberikan nuansa positif, berbeda dengan tangga nada minor yang cenderung lebih gelap atau melankolis.

Sejarah Nada Mayor

Ketika kita berbicara tentang sejarah tangga nada mayor, kita harus menelusuri kembali ke zaman Yunani Kuno. Meskipun tangga nada mayor yang kita kenal sekarang lebih berkaitan dengan perkembangan musik Barat pada abad pertengahan dan renaisans, akar konsep ini sudah muncul sejak ribuan tahun yang lalu.

Pada zaman Yunani Kuno, para filsuf dan musisi seperti Pythagoras mulai mengeksplorasi hubungan antara matematika dan musik, menciptakan dasar-dasar skala musik. Namun, konsep mayor dan minor seperti yang kita pahami saat ini baru benar-benar berkembang pada abad ke-17 dan 18, selama periode Barok dan Klasik di Eropa. Pada masa ini, teori musik Barat mulai terstandardisasi dengan sistem tangga nada mayor dan minor yang menjadi fondasi bagi komposisi musik di Eropa.

Komposer-komposer besar seperti Johann Sebastian Bach dan Wolfgang Amadeus Mozart sangat bergantung pada tangga nada mayor dalam karya-karya mereka. Tangga nada mayor ini kemudian menyebar ke seluruh dunia seiring dengan globalisasi dan kolonialisasi, memengaruhi hampir semua genre musik modern.

Perkembangan di Abad Pertengahan dan Renaisans

Periode Renaisans (abad ke-14 hingga ke-17) menjadi masa yang penting dalam sejarah musik karena pada masa inilah sistem nada mulai diorganisasikan lebih jelas. Para komposer dan teoretikus musik mulai mengembangkan teori mengenai skala atau tangga nada yang kemudian dikenal sebagai tangga nada mayor dan minor. Salah satu perkembangan besar dalam teori musik pada masa ini adalah pengenalan sistem tuning diatonis, yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan tangga nada mayor dengan struktur interval yang kita kenal sekarang (1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½).

Salah satu tokoh penting dalam pengembangan teori musik adalah Johann Sebastian Bach. Meskipun Bach bukan “penemu” tangga nada mayor, karya-karyanya memainkan peran penting dalam mengokohkan penggunaan tangga nada mayor dalam komposisi musik. Karyanya seperti “The Well-Tempered Clavier” menunjukkan eksplorasi mendalam terhadap semua tangga nada mayor dan minor, dan buku ini menjadi landasan penting bagi komposer dan musisi di seluruh dunia.

Ciri-Ciri Nada Mayor

Salah satu ciri utama dari nada mayor adalah “rasa” ceria dan positif yang dihasilkannya. Hal ini terutama disebabkan oleh susunan interval yang ada dalam tangga nada mayor. Selain itu, beberapa ciri lainnya yang menonjol antara lain:

1. Susunan Interval Tertentu: Tangga nada mayor selalu memiliki pola interval tetap, yaitu 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½. Pola inilah yang memberikan warna khas pada tangga nada mayor.

2. Nada Utama: Setiap tangga nada mayor dimulai dari nada “tonik” yang merupakan nada dasar dari tangga tersebut. Misalnya, dalam tangga nada C Mayor, nada C adalah tonik, dan semua nada lainnya diukur relatif terhadap C.

3. Pengaruh Kultural dan Emosional: Tangga nada mayor sering diasosiasikan dengan emosi positif seperti kebahagiaan, kemenangan, atau harapan. Musik-musik dengan nuansa optimis biasanya ditulis dalam tangga nada mayor.

4. Penggunaan Luas: Tangga nada mayor sangat umum digunakan dalam berbagai genre musik. Banyak lagu-lagu pop, lagu anak-anak, hingga musik klasik menggunakan tangga nada mayor karena sifatnya yang mudah diterima oleh telinga.

Awal Mula Konsep Tangga Nada Mayor

Secara historis, konsep skala musik sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Bangsa Yunani Kuno, misalnya, memiliki sistem tangga nada yang dikenal sebagai “modus” yang menjadi cikal bakal banyak sistem tangga nada di dunia Barat. Pythagoras, seorang filsuf dan matematikawan Yunani, sering dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah musik karena ia mengeksplorasi hubungan antara matematika dan musik, khususnya dalam hal interval atau jarak antara dua nada. Meskipun tangga nada mayor seperti yang kita kenal sekarang belum ada pada masa Pythagoras, penelitian dan teorinya mengenai interval harmoni memberikan dasar bagi perkembangan teori musik di masa mendatang.

Setelah zaman Yunani Kuno, selama Abad Pertengahan, teori musik di Eropa dipengaruhi oleh gereja. Pada masa itu, terdapat sistem tangga nada yang dikenal sebagai modus gerejawi, seperti Dorian, Phrygian, dan Mixolydian, yang menjadi dasar dari berbagai komposisi musik liturgi. Meskipun modus-modus ini tidak sepenuhnya sama dengan tangga nada mayor yang kita kenal sekarang, mereka memiliki pengaruh besar dalam membentuk pemahaman tentang skala dalam musik Barat.

Contoh Lagu Daerah dan Anak-Anak yang Pakai Tangga Nada Mayor

Karena tangga nada mayor punya nuansa riang dan ceria, banyak banget lagu daerah dan lagu anak-anak yang menggunakan tangga nada ini. Nah, berikut beberapa contohnya:

  • Abang Tukang Bakso
  • Yamko Rambe Yamko (Papua)
  • Anak Kambing Saya
  • Potong Bebek Angsa
  • Balonku Ada Lima (ciptaan A.T. Mahmud)
  • Pelangi-Pelangi (A.T. Mahmud)
  • Gundul-Gundul Pacul

FAQ Beberapa Pertanyaan Tentang Artikel ”Sejarah Tangga Nada Mayor: Dari Zaman Klasik hingga Modern”

1. Tangga nada mayor E ?

Tangga nada mayor E adalah salah satu tangga nada mayor yang dimulai dari nada E sebagai nada toniknya. Tangga nada mayor ini memiliki pola interval yang sama seperti semua tangga nada mayor lainnya, yaitu 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½ (satu nada penuh, satu nada penuh, setengah nada, satu nada penuh, dan seterusnya).

Berikut adalah nada-nada dalam tangga nada mayor E:

E (tonik)
F# (sekund mayor)
G# (ters mayor)
A (kuart)
B (kuint)
C# (sext mayor)
D# (septim mayor)
E (oktaf)

Tangga nada ini memiliki empat tanda kres (sharp) yaitu F#, C#, G#, dan D#. Tangga nada mayor E sering digunakan dalam berbagai genre musik, baik klasik maupun modern, dan memberikan nuansa yang cerah serta kuat.

2. Rumus Tangga Nada Mayor ?

Dalam tangga nada mayor, ada rumus dasar yang dipakai, yaitu **1-1-½-1-1-1-½**. Ini ngikutin pola interval yang ada. Jadi, dari C ke D itu **tone**, D ke E juga **tone**, E ke F **semitone**, F ke G **tone**, G ke A **tone**, A ke B **tone**, dan terakhir B ke C **semitone** lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like